Senin, 09 Desember 2013

tugas SEJARAH GEREJA UMUM



LAPORAN  BACAAN
Nama              : Intania Zendrato
Semester         : III –PAK
Nim                 : 12-609
M. kuliah        : Sejarah Gereja Umum
Dosen              : Dr. Yonas Muanley

A.    Sejarah gereja mula-mula(30-590)
1.      Arti Sejarah Gereja
Sejarah dalam kbbi adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.  Ada banyak  pendapat yang berbeda dalam pengertian sejarah gereja, salah satunya sejarah gereja adalah sejarah agama Kristen, sejarah gereja adalah sejarah tubuh Kristus didalam dunia ini. Menurut Dr. Enklaar sejarah gereja ialah memeriksa apakah, bagaimanakah dan sampai dimana gereja setia akan wujud Amanat Agung yang dipercayakan Kristus untuk mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi. Oleh karena itu defenisi sejarah gereja harus menhubungkan kedua hal ini: uraian kenyataan dan penilaian theologis, sehingga menjadi nyata bahwa sejarah gereja adalah pertanggungjawaban masa silam gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus. Kesimpulannya: ilmu sejarah gereja meneliti bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan dalam Yesus Kristus kepadanya dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia yang digumuli oleh gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus  sesuai dengan alkitab(nilai theologis).
2.      Sejarah gereja sebagai mata pelajaran theologis
Mengapa? Tidak dengan sendirinya jelas bahwa sejarah gereja mempunyi sifat theologia. Penulis berpendapat bahwa sejarah gereja yang dimasukkan dalam kurikulum theologia mendapat tugas yang luas yaitu meneliti pokoknya dengan metode theologis sehingga sejarah gereja mendapat hubungan erat dengan biblika dan sistematika. Untuk itu ilmu agama dan sejarah gereja mempunyai tugas dalam proses memperhadapkan firman Allah kepada dunia. Bagaimana kehidupan gereja sebagai persekutuan orang yang  mendengarkan Firman Tuhan. Ilmu agama meneliti bagaimana cara beragama sehingga jelas dimana orang yang percaya kepada  firman Allah dalam Yesus Kristus adalah sama dengan orang yang beragama lain ataupun berbeda dari mereka. Begitulah bidang-bidang theologi saling dikaitkan, saling mendukung dan saling mengoreksi. Sebab hanya dalam hubungan yang seimbang antara bidang-bidang theologi, maka tujuan memperhadapkan firman Allah kepada dunia dapat diwujudkan.
3.      Guna ilmu sejarah gereja untuk studi theologi
·         Melalui sejarah gereja kita berkenalan dengan orang lain dari zaman dan kebudayaan lain yang mencoba mengerti alkitab dalam situasi yang berbeda dengan keadaan kita.
·         Merupakan sumber kaya untuk  tafsiran, dogmatika, etika dan theologi pratika yang daripadanya kita ambil sesuatu demi memperdalam dan memperluas theologi kita sendiri.
·         Gereja sudah hampir 2000 tahun memikirkan soal bagaiman memperhadapkan firman Tuhan kepada dunia, namun kita harus berpikir mencari theologi baru untuk zaman ini, mencari tafsiran yang lebih baik, rumusan theologis lebih jelas, dan bentuk kehidupan gerejani yang mengantar orang-orang percaya kepada Kristus.

B.     Sejarah gereja abad pertengahan(590-1492/1517)
1.      Arti abad pertengahan
Selama abad ini gereja di Eropah  Barat memainkan peranan menentukan seluruh kehidupan masyarakat.pada waktu yang sama Eropah keluar keseluruh dunia(1492: colombus menemukan Amerika ).  Saat dimana gereja tidak lagi terbatas pada Eropah dan Timur Tengah seperti dahulu. Juga kesatuan gereja Barat yang dapat dipertahankan  selama abad pertengahan, mejadi hilang karena Reformasi Martin Luther(1517).
2.      Sejarah gereja abad pertengahan
2.1  awal abad pertengahan(590-910)
Agama  kristen mulai tersebar ke batas Utara dan Timur laut benua Eropa, sedangkan di Timur Tengah dan Afrika Utara gereja terancam oleh serbuan pihak Islam. Sejak itu gereja di Barat dan Timur menjalankan sejarahnya masing-masing.
Di Eropa Barat gereja dinamakan gereja katolik Roma, yang dipimpin oleh uskup Roma, pusat gereja disebut paus. Paus tidak hanya sebagai kepala gereja tapi juga pemimpin masyarakat. Gereja berperan di bidang politik dan kebudayaan sehingga Gereja Katolik-Roma menentukan seluruh kehidupan masyarakat. Di Timur adalah kebalikan dari Barat. Ibukota Konstantinopeladalah pusat gereja Timur. Gereja Timur dinamakan gereja ortodoks(benar) kehidupan gereja terpusat pada kebaktian, dimana para anggota gereja melalui perayaan liturgi(terutama sakramen Perjamuan Kudus) mendapat bagian dalam keselamatan abadi.
2.2  abad pertengahan yang jaya(910-+1300)
1.      awal kejayaan abad pertengahan ditandai oleh suatu reformasi atau pembaharuan kebiaraan yang mulai di Cluny Perancis. Reformasi ini merupakan reaksi terhadap perkembangan kebiaraan pada awal abad pertengahan dimana biara-biara, karena kedudukannya yang istimewa dalam masyarakat memperoloh kuasa besar dibidang duniawi. Biara-biara diberi tanah dan kekayaan sehingga semakin menjadi mewah. Namun perkembangan ini didobrak pada tahun 910, di Cluny karena didirikan biara baru yang berusaha memulihkan cita-cita asli kebiaraan. Yaitu suatu kehidupan yang suci da sederhana diserahkan kepada Tuhan dan kepada studi, ini memberi semangat baru kepada gereja untuk kehidupan kebiaraan.
2.      Timbulnya theologi yang kreatif diperkembangkan pertama-tama disekolah-sekolah untuk pendidikan para imam yang ada dirumah uskup-uskup dan untuk para biarawan di biara-biara. Theologi ini disebut theologi skholastik yang memakai jalan berfikir dan istilah fisafat Yunani dan filsafat Aristoteles.
Ø  Awal skholastik( 1000- 1200yaitu abad ke 11dan 12): seorang tokoh theologi pada periode ini adalah Anselmus dari Canterbury.
Ø  Kejayaan skholastik(abad ke 13), dimana Thomas dari Aquiono paling menonjol.
Ø  (Yang bersamaan dengan periode berikutnya  akhir abad pertengahan) akhir skholastik(1300-1500 yaitu abad ke 14 dan 15) antara lain William dari Ockham.
3.      Pada abad ini juga ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang besar lahir universitas-universitas yang pertama. Universitas yang tertua adalah universitas Paris (sorbonne), universitas Oxford dan Cambridge di Inggris dan Bologna di Italia termasuk yang pertama di Eropah.
4.      Pada periode ini juga kepausan mencapai puncaknya  yang berperan dibidang politik. Hal ini nyata dalam perang salib(1100-1300), yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus  yang bertujuan  untuk merebut Palestina khususnya Yerusalem, dari tangan Islam. Tidak sulit untuk membayangkan bahwa tujuan rohani ini disertai dengan tujuan politik, yaitu memperluas kuasa paus di Eropa Timur. Paus berhasil mempertahankan kuasanya dibidang politik dimana kepausan dicapai waktu paus Innocentius III(1200) menduduki takhta yang disebut kursi Petrus(sebab petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian kuasa paus mulai berkurang sampai akhirnya paus Bonifatius VIII(1300) gagal memperahankan kuasa kepausan terhadap raja Prancis. Paus berikutnya memindahkan kepausan dari Roma ke Perancis(kota Avignon) pada tahun 1309.
2.3  akhir abad pertengahan(1300-1492/1571)
Ini merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke zaman reformasi. Kepausan mengalami krisis, sedangkan penguasa-penguasa duniawi makin lama makin lebih menentukan  kehidupan diwilayah mereka termasuk kehidupan rohani. Sesudah paus Bonifatius VIII terjadilah pembuangan kepausan ke Babylon. Sebagai akibat pembuangan dan kemudian Skhisma kepausan kehidupan gereja merosot sebaba tidak ada pimpinan yang kuat. Kontrol atas rohaniawa menjadi berkurang sehingga tingkah laku merosot. Ini terjadi karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan. Yang dicari oleh paus untuk memperoleh kembali kedudukan politiknya adalah kuasa, pengaruh dan uang untuk membiayai kepausan dan segala usahanya.
Keadaan gereja menyedihkan banyak orang, sehingga mereka ingin memperbaiki gereja atau mereformasinya. Yang diperjuangkan adalah para rohaniawan berhenti memikirkan status dan uang saja dan kembali kepada kehidupan yang terarah kepada Allah. Hasil usaha-usaha untuk mereformasi gereja antara lain: skhisma kepusan dipulihkan(1415). Raja-raja berperan mengakhiri perpecahan gereja. Namun, peranan penguasa duniwi semakin menonjol bidang-bidang tradisional dikuasai oleh gereja: kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan theologi lebih bebas dibawah lindungan pemerintah. Akibatnya kelahiran kembali kebudayaan(renaissance) khususnya kebudayaan Yunani  dan Romawi berlangsung dari abad 14-16 mulai di Italia, Perancis, Spanyol, Inggirs dan Jerman.
Tujuannya untuk menggali sumber-sumber gereja yang ada di gereja kuno, dan untuk kembali kepada sumber kebudayaan kristen yang ada dikebudayaan Yunani dan Romawi.

C.    Sejarah Gereja Reformasi(1517-Kini)
1.      Arti Reformasi
2.      Perintis reformasi
3.      Reformasi gereja
a.       Marthin Luther
Martin Luther berasal dari keluarga sederhana, yaitu keluarga petani yang tinggal di negeri Thüringen. Namun karena menginginkan penghidupan yang lebih layak orang tuanya pindah ke Eisleben dan menjadi penggali tambang tembaga di sana.[1] Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Magdalena Lindemann. Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 dan pada keesokan harinya ia dibaptis di gereja Petrus dan ia diberi nama sesuai dengan nama Santo pada saat itu yaitu St. Martinus dari Tours, sehingga ia diberi nama Martin. Martin Luther dididik menurut cita-cita agama zamannya karena orang tuanya pun dikenal sebagai keluarga yang setia pada gereja Katolik Roma. Karena didikan yang sedemikian rupa pula yang membuat Luther ketakutan bila mendengar nama Kristus karena dia memandang Kristus sebagai seorang hakim yang keras dan pemurka.[2]                          
            Martin Luther dikenal sebagai murid yang pandai. Oleh karena itu, ayahnya mengirimnya ke sekolah menengah di kota Magdeburg untuk mendapat pendidikan yang baik. Luther dan teman-temannya memiliki kebiasaan menyanyi di lorong-lorong kota untuk mencari nafkah. Oleh karena sering menyanyi itu pun sehingga Luther dikenal sebagai seorang yang berbakat dalam bidang musik. Pada umur 17 tahun Luther lulus pada sekolah menengah dan memasuki universitas di Erfurt. Ayahnya sangat menginginkan Luther menjadi seorang ahli hokum. Oleh karena itu, Luther perlu mempelajari ilmu filsafat terlebih dahulu. Karena mempelajari ilmu filsafat, Luther pun harus mempelajari theology scholastic, yang pada saat itu masih menguasai universitas di Erfurt. Namun filsafat dan teologi skolastik tersebut dibuangnya namun pandangan Occam mempengaruhi akan pikirannya dalam beberapa hal.
            Pada tahun 1505, Martin Luther lulus dalam ujian dengan gelar magister artes sehingga ia diperbolehkan untuk menuntut ilmu hukum, namun secara tiba-tiba terjadi perubahan besar dalam diri Luther. Dalam perjalanannya menuju rumah orang tuanya, ia ditimpa hujan deras dan disertai guruh dan halilintar yang membuatnya sangat ketakutan. Ia pun meminta kepada St. Anna[3] untuk menolongnya dengan memberikan janji bahwa ia akan menjadi rahib. Luther memang menepati janjinya. Dua minggu kemudian ia masuk biara yang memiliki aturan yang begitu keras, yaitu ordo Eremit Augustin. Keinginan Martin untuk menjadi rahib sangat membuat ayahnya terpukul dan kecewa. Teman-temannya pun tidak menyetujui ia menjadi rahib karena mereka akan kehilangan seseorang yang berbakat dalam musik. Ayahnya sangat marah terhadapnya karena ia tidak mengabulkan permintaan ayahnya supaya ia menjadi ahli hukum.
Namun Martin tetap mempertahankan akan niatnya karena dalam pikiran Martin, jika seseorang ingin mengorbankan sesuatu untuk Allah maka ia harus mengorbankan sesuatu yang paling indah dan molek bagiNya.[4] Selama 16 tahun ia tidak berhubungan dengan ayahnya karena ayahnya masih marah dan kecewa terhadapnya. Namun pada akhirnya pula konflik diantara mereka bias dipadamkan. Nazarnya yang hanya sesaat itu boleh dikatakan sebagai pengalaman batinnya. Dalam biaranya ia berharap mendapat damai bagi jiwanya yang takut akan maut dan neraka karena itulah hal yang selalu dicari-carinya.
Dalam biara Augustin itu, Martin dikenal paling cakap diantara rahib-rahib yang seangkatan dengannya. Para pemimpin-pemimpin biara Augustin pun menyuruhnya untuk menuntut ilmu teologi. Sehingga pada tahun 1507 ia ditahbiskan menjadi imam dan pada tahun berikutnya ia dikirim ke Wittenberg untuk meneruskan akan studinya, yaitu studi teologi. Namun pada tahun ia kembali ke Erfurt untuk memberikan pelajaran tentang dogmatik di situ.
Pada tahun 1510 Luther dikirim ke Roma sebagai utusan dari ordo Augustin untuk memecahkan persoalan mengenai aturan-aturan dalam ordo Augustin itu. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Martin karena ia berpikir bahwa ketenangan batin yang selam ini ia cari akan ia dapatkan di sana, mengingat Roma merupakan pusat agama Kristen pada waktu itu.  Karena keinginannya yang begitu besar untuk mencari kedamaian baginya, maka ia pun mengikuti setiap ritual suci di Gereja St. Petrus. Ia pun menaiki setiap tangga gereja dengan lututnya dan berdoa Bapa Kami untuk para nenek moyangnya yang telah meninggal. Doa ini menurut aturan pada saat itu adalah untuk melepaskan mereka dari siksa yang masih dialaminya di dunia seberang sana. Namun ketika ia menaiki anak tangga yang terakhir, ia mempertanyakan akan tindakan yang ia lakukan itu. Benar atau salahkah. Akhirnya ia pun mengambil suatu kesimpulan bahwa surat Penghapusan Siksa di Purgatoriumlah yang merajai jemaat pada saat itu dan bukan bagaimana mengalami anugerah Allah.[5]
Kembalinya ke Wittenberg, dua tahun kemudian ia mencapai gelar “doctor dalam Kitab Suci” dan diangkat menjadi guru besar dalam ilmu teologi di Wittenberg. Tugas utamanya adalah menafsirkan Alkitab, dan sampai pada tahun 1517 ia menafsirkan Kitab Mazmur dan surat-surat Paulus, seperti Roma, Galatia dan Ibrani. Pada saat itu juga ia mengepalai akan kesebelas biara propinsinya dan harus berkhotbah dan melayani jemaat di Wittenberg.
         





















b.      John Calvin
Ketika Lutheranisme terancam krisis dan nyaris kehilangan day tariknya,Calvin(1509-1564) mengambi alih kepemimpinan Reformasi di dalam Gereja Kristus(pada pertengahan abad XVI ). Yohanes Calvin atau Jean Cauvin, lahir di Noyon, piccardia(prancis), 10 juli 1509. Calvin, yang lebih muda 26 tahun daripada Luther, adalah generasi kedua Reformis. Pada usia kanak-kanak ia sudah ditinggal mati ibunya, sehingga ia tidak dapat menghindar dari pengaruh pendidikan ayahnya yang keras cenderung kaku. Sang ayah kendati pernh bekerja dperkantoran keuskupan, namun dia pernah melewatkan hari-harinya disebuah penjara, bahkan dia meninggal dalam status diekskomunikasi oleh Gereja dan kepada keluarganya diwariskan kewajiban melunasi utang-utangnya. Seorang saudaranya juga diekskomunikasi lantaran berduel; dan meninggal dalam permusuhan dengan Gereja berkenaan dengan masalah iman dan displin kegerejaan.
Calvin menempuh formasi forma di Paris, dan mendapat pengaruh humanis dari lingkungan Jacques Lefevre d’Etaples(atau Faber Stapulensis,1455-1536). Pada usia 18 ia memperoleh gelar MA. Kepandaiannya dalam Bahasa Lathin dan kesungguhannya di bidang etika dan religius menyebabkan ia dijuluki “ the accusative case”. Ia belajar di Paris, hampir seperiode dengan Ignatius Loyola(1491-1556). Ayahnya menghendaki agar Calvin belajar hukum yang akan memberi jaminan hidup lebih baik studi-studi persiapan teologi. Untuk itu ia pindah dari Paris ke Orleans dan kemudian ke Bourges. Gelar sarjana hukum diperolehnya pada 1532. Di Bourges Calvin berkesempatan mengembangkan minatnya pada sastra klasik, terutama bahasa Yunani. 4 April 1532 Calvin menerbitkan karya pertamanya, sebuah komentar. De clementia Seneca. Meski tidak mendapat sambutan yang cukup berarti, namun publikasi ini berhasil membuktikan kemampuan linguistik dan pengetahuan yang mendalam tentang kesusatraan klasik.
Tidak seperti para reformis generasi pertama, Calvin bukan biarawan dan imam. Bouwsma menyatakan bahwa Calvin menjadi seorang pengkhotbah dan pastor bukan karena tahbisan, melainkan karena tindakan konsili kota Geneva. Calvin tidak pernah memperoleh pelatihan formal dalam teologi; akan tetapi ia teolog otodidak(calvin pernah menjadi  mahasiswa falkutas teologi dan mempelajari  teologi formal, sebelum studi hukum, meski iai hanya mempelajari tahap-tahap awal dan dasar teologi). Berbeda dengan para Reformis generasi pertama yang berkebangsaan Jerman dan Swiss, Calvin adalah seorang Prancis. Negri ini menganut paham monarki absolut. Para reformis di Prancis hidup” tanpa perisai”, tidak demikian halnya di Jerman yang dilindungi dan didukung oleh sejumlah pangeran dan penguasa setempat. Singkatnya, reformasi di Perancis menciptakan sebuah gereja yang disirami oleh darah para martirnya yang menentang kekuasaan ototritas sentral yang membenarkan diri dengan istilah un roi, une loi, une foi(satu saja,satu hukum, satu iman). Pada akhir 1533 Calvin mulai menyatakan dirinya sebagai penganut Protestan.
Kemudian Calvin menetap di Basel, karena sejak januari 1535 Prancis mengintensifkan usaha penganiayaan terhadap orang-orang protestan. Dikota ini ia menerbitkan karya utamanya, christianae Religionis Institutio(1536) yang membuat dirinya” batrik kedua reformasi”. Buku yang akan diperlebar hingga tahun 1559 ini selain tebalnya 1500 halaman, juga diberi prakata oleh Fransiskus I, Raja Prancis. Dalam karyanya ini Calvin menuduh gereja Katolik Roma memperbudak nuraninya dibawa hukum yang menyebabkan kekhawatiran dan teror serta ketidakpastian keselamatan.
Dalam edisi pertama Christianae Religions Institutio Calvin, seperti halnya Luther sebelum 1525, mengajarkan bahwa gereja pada hakikatnya adalah invisble. Gereja itu orang-orang terpilih bersama-sama, yang namanya hanya dikenali Allah semata-mata. Didalam keadaan seperti itu gereja di atas muka bumi ini terlihat dan tampak. Setia gereja dengan demikian semata-mata bersifat lokal. Gereja-gereja lokal yang berbeda-beda itu biasanya sama diantara mereka. Organisasinya juga dibuat secara kontingen. Para fungsionaris seperti pastor bukanlah “delegatus”, bukan wakil, bukan pula utusan para beriman, yang memberikan padanya imamat umum.
Pada mulanya Institutio dimaksudkan sebagai katekismus atau buku pelajaran agama. Sudah menjadi rahasia umum, Luther sangat berpengaruh pada Institutio. Selebihnya, Calvin sendiri mengakui Luther sebagai bapak gerakan dengan mana ia sekarang mengindetikkan diri dan mengagumi pandangan-pandangan teologis Luther. Barangkali tidak berlebihan mengatakan, bahwa Calvin adalah murid Luther yang terbaik dan terbesar.
Pada pokoknya Instituti(edisi I) terdiri atas 6 bab: perihal hukum, syahadat, doa Tuhan, sakramen baptisdan perjamuan Tuhan, argumen-argumen melawan sakramen-sakramen(gereja) Roma, pembicaraan tentang kemerdekaan kristiani.
Calvin menulis(1543) sebuah karya polemik, dimana ia meminta secara ironis menginventarisasi semua tubuhorang suci dan relikui mereka yang ada di Italia,Prancis,Jerman dan Spanyol serta kerajaan-kerajaan lain. Ia sendiri khawatir pekuburan dirinya akan menjadi tujuan ziarah. Ia meminta jasadnya nanti ditaruh didalam peti, diantar kemakam tanpa didahului dengan sambutan-sambutan dan tanpa diiringi nyanyian. Harap tempat dimana dia dikebumikan tidak dipasang tanda pengenal apapun.
Sebagai reformis paling penting diluar Jerman, bahkan mungkin ia adalah Reformis yang paling penting dari semua Reformis Calvin menetap di Geneva sampi ajal merangkulnya, 27 September 1564. Geneva boleh dikatakan sebagai pusat gerakan Calvinis. Disanalah Calvin berhasil mewujudkan sebuah pemerintahan teokratis yang diinspirasikan oleh Reformasi,sangat keras dalam tataran hidup religius dan moral. Di Geneva pun ia ia melaksanakan prinsip-prinsip keagamaan secara organisatoris dan defenitif.
1.      Calvinisme
Dalam historigrafi perihal Luther banyak aspek positif dikemukakan, demikian pula banyak aspek kehidupan keagamaan Calvin yang direhabilitasi, terutama dalam hisrografi yang aktual. Reformator dari Geneva ini dikenaal terutama karena karya kerasulannya yang tidk mengenal letih. Ia bukan orang yang dingin dan tidak peka terhadap persahabatan, melainkan seorang sahabat yang setia dan penuh perasaan, kaya akan minat dan cita-cita. Calvin juga memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan pelbagai kasus. Terhadap manusia Calvin  lebih pesimis daripada Luther, Calvin lebih optimis dihadapan Allah. Jika teks utama bagi Luther adalah matius 9:2” dosamu sudah diampunni”, bagi Calvin sebaliknya roma 8:31” jika Allah dipihak kita, sipakah yang akan melawan kita?”
Calvin yakin bahwa Allah bersama-sama  dengan dirinya dalam usaha membangun kota orang-orang terpilih diatas bumi, yakni Geneva Israelbaru dari Allah. R.H Bainton menulis,” bagi calvin  ajaran tenang keterpilihan adalah suatu konfrontasi yang membebaskan manusia dan semua kecemasan dan kekhawatiran; dan daripadanya orang dapat menyucikan setiap pelayanan kepada Allah yang mahakuasa. Calvinisme oleh karena itu mengajarkan suatu jenis kepahlawanan’. Jadi tujuan daripada calvinis adalah menegakkkan suatu teokrasi, yakni suatu republik para kudus, suatu kolektivitas dimana setiap anggota tidak memiliki pikiran lain kecuali kemuliaan Allah semata-mata. Bukan suatu kolektivitas yang diperintahkan oleh gereja atau klerus; bukan pula suatu jenis alkiabiah dalam arti sempit, karena Allah itu lebih besar dari setiap buku, juga jika buku itu berisi firman-Nya. Kolektivitas orang kudus, yang harus terbedakan dari Gereja dan Negara yang merupakan idealitas abad pertengahan dan Luther, suatu kolektivitas terpilih(yang calvin coba wujudkan  di geneva). Di dalam kolektivitas itu klerus dan awam, dewan penasihat dan pelayan Tuhan semua diilhami oleh roh ilahi.
Menonjol pada diri Cavin cita rasa keagamaan yang mendalam. Tumbuh padanya sikap mau mencari Tuhan yang mewahyukan Dirinya sekaligus yang tersembunyi, Allah dalam kitab suci dan allah para nabi. Aspirasinya demi kemuliaan Allah yang lebih besar mendekatkannya secara khusus pada Ignatius Loyola. Ia mendesak pada dirinya sendiri agar siap menerima otentisitas yang absolut dalam perjumpaan dengan Tuhan yang juga diaami oleh para mistikus cistersiensis atau Carmelit, dalam malam rohani, yang dikidungkan oleh Yohanes Salib sebagai tahap yang perlu dalam menyongsong Allah.
Semua hal ini tidak perlu menghilangkan keterbatasn Calvin, yang melihat dalam Allah terutama Tuhan  yang mahakuasa, penentu tujuan hidup manusia, yang lebih daripada sekedar Bapadan Penyelamat. Tingkat dan kesadaran moralnya cenderung keras dan sering kaku. Ketegasannya itu acapkali tampak dalam organisasi politis, yang didasarkan  pada subordinasi Negara pada gereja dan pembenarn dan penggunaan paksaan. Kecemasan terhadap dominasi para pangeran dari Savoia,dan gelombang ribuan massa yang mengalir meninggalkan Swiss, serta kehendak teguh Calvin menerangkan keberhasilan diktatura Gereja Calvinis di Geneva. Begitulah Calvin memberikan pada Gereja di Geneva sebuah struktur yang kokoh kuat, yang diyakininya terdapat dalam kisah para rasul dan surat-surat st. Paulus. Gereja ini tidak lagi merupakan komunitas yang bebas, melainkan sebuah organisasi yang wajib. Dalam organisasi inilah semua penduduk kota harus mengintegrasikan diri. Mungkinkah Calvin sampi pada pandangan bahwa di luar Gereja ang tampak tidak terdapat keselamatan abadi?
Jasa utama Calvin tidak terdiri ata orisinalitas konsep-konsep pemikiran teologisnya, melainkan dalam sistematisasi organis dari tesis-tesis reformator sebelumnya, yang seringkali tidak teratur, bahkan berlawanan. Oleh karena itu, Chritianae Religionis Institutio merupakan summa Theologiae bagi para Calvinis. Beberapa simpul dari pandangan Calvin dapat dikemukakan berikut ini:
v  Calvin menyangkal kehadiran nyata(presentia realis) dan hanya mengakui presensi virtual, sejauh Kristus melalui sakramen menyatakan rahmat-Nya kepada manusia.
v  Melaui kehendak-Nya Allah samasekali tidak tergantung pada jasa manusia atau dos-dosa manusia. Ia memilih beberapa orang untuk hidup dalam api yang kekal.
v  Karya-karya baik(secara moral ) manusia tidak berpengaruh pada keselamatan. Kendati demikian manusia beriman tetap berkewajiban melakukan karya-karya itu demi memuliakan Allah.
v  Perlindungan ilahi merangkum  semua aktivitas temporal orang-orang terpilih. Kepastian ini mendorong orang Calvinis untuk menghadapi dengan penuh keberanian segala bentuk resiko yang terkandung dalam komersialitas. Gereja tidak memiliki suatu kekuasaan temporal yang langsung, tetapi otoritas sipil mereduksi diri sebagai satu instrumen dalam tangan-tangan gereja.
2.      Para Fungsionaris gereja calvinis
Selama 20 tahun Genevamenyeragamkan diri  dengan Aturan Kegerejaan yang diredaksikan  oleh Calvin. Ia mnenetapkan beberapa fungsionaris dan tugas-tugas mereka. Contohnya : diakon- diakon, yang melaksanakan tugas- tugas yang bercorak karitatif, yang didasarkan pada kisah para rasul bab VI. Tegasnya mereka membagi-bagikan kepada orang miskin persembahan jemaat beriman, yakni buah hasil kurban satu-satunya orang Kristen Calvinis. Selain tugas yang bercorak alkitbiah itu, mereka juga mengatur,memeriksa, membukukan harta kekayaan Gereja;serta mengunjungi orang-orang miskin dan sakit. Untuk itu para perempuan selain dapat mengambil bagian dalam tugas-tugas tersebut, juga dapat menjadi diakon. Dalam kegiatan liturgi para diakon membantu para pastor dalam kurban ekaristi dan membwakan piala untuk para jemaat beriman pada saat komuni. Komunitas(paroki) berhak untuk menentukan diakon-diakon mereka.
            Para dokter yang menangani tugas pengajaran dan pendidikan, sebagaimana Kristus Yesus, pengajar pendidik  sejati. Tidak serba jelas perbedaannya dengan para pastor yang bertugas memaklumkan firman Allah. Akan tetapi, kiranya perbedaan itu dimata  Calvin sangat jelas. Dalam praktiknya, para dokter adalah para ekseget(penafsir-penafsir alkitab). Mereka itu mengetahui dengan baik sekali jaran gereja. Mereka juga harus mengawasi pelaksanaan doktrin itu agar tetap terjaga utuh, murni(puritan) , dan tidak tercemar oleh pelbagai bentuk penyelewengan. Mengajarkan ilmu teologi untuk mempersiapkan pastor-pastor baru merupakan tugas mereka yang lain. Pengajaran bahasa-bahasa alkitab juga menjadi tanggungjawab mereka. Untuk itulah para doktor menjadi tenaga pngajar di sekolah-sekolah menengah dan akademi di Geneva.
            Para penatua, yag menjaga moralitas publik dan pribadi. Dengan kata lain, tugas utama mereka adalah mengawasi tertib hidup dan perilaku jemaat beriman, tegasnya mempertahankan displin sebagaimana tugas para presbteroi yang sudah ditegaskan dalam perjanjian baru. Kelompok tetua terdiri atas 12 orang. Mereka wajib  mengamati setiap anggota jemaat. Semua keluarga-keluarga kristen Calvinis dikunjungi oleh para tetua satu-dua kali  dalam setahun. Mereka itu melhat apakah keluarga-keluarga itu mengkritik Calvin, lantaran sikap dan pandangannya yang ekstra keras ;juga apakah anggota-anggotakeluarga itu melakukan dosa(besar atau kecil),berjoget ria(dansa-dansi), main kartu, serta mengontrol buku-buku mana saja yang dibaca di dalam keluarga, dan sebagainya.
            Para pastor, yang melayani sakramen-sakramen Gereja. Para pastor(pelayan, uskup imam), penerus para rasul bukan pengganti. Untuk menjadi pastor dibutuhkan semacam panggilan bathin, panggilan eksternal yang dinyatakan  oleh komunitas dalam wujud bimbingan dari pastor dan tetua. Dalam konteks ini, Calvin membuang tradisi penumpangan tangan untuk pentahbisan. Maka dalam Calvinisme juga tidak dikenal sakramen tahbisan.Tugas  para pastor adalah memaklumkan  sabda Tuhan dan pelayanan sakramen-sakramen. Para pastor bersama-sama memperlajari Alkitab seminggu sekali; pada saat itu juga dibahas masalah-masalah penggembalaan jemaat. Empat kali dalam setahun dewan pastores berkumpul untuk mengadakan semacam retret, meninjau kembali kebijakan bersama serta melakukan correptio fraternaberikut penetapan penintensi yang keras. Setahun sekali  dewan penasihat sipil dan paroki mengadakan kunjungan-kunjungan ke paroki-paroki. Dewan pastores bertugas menominasi pastor-pastor baru,  namun dalam praktiknya dewan pastores menominasi  dan komunitas(paroki) merestuinya.
            Pastor dan penatua berkumpul setiap minggu dalam  consistorium(dewan), mendengarkan pengaduan, memaklumkan hukuman(penjara, ekskomunikasi, hukuman mati ). Demi cinta atau karena terpaksa, semua harus menjadi bijaksana; bacaan-bacaan, makanan, permainan, nyanyian,semua dikonrtrol oleh consistorium. Dengan kata lain, consistorium melakukan campur tangan terhadap urusan orang-perorangan . consistorium terdiri atas 12 penatua dan pastor. Mereka ini adalah  dewan gerejawi, yang disebut juga presbyterium atau senatus Gereja-gereja setempat. Setiap hari kamis mereka mengadakan rapat. Consistorium kemudian menjadi sangat berkuasa; menetapkan displin moral, menentang pola hidup luks(mewah), memusuhi mereka yang menentang doktrin Calvin(termasuk tntang predestinasi). Kata lainnnya, consistorium menjadi  organ sangat penting dalam seluruh tata kehidupan jemaat Calvinis.
            Dalam empat tahun(1542-1546) ada 70 orang  diasingkan, 67 dihukum mati 700-800 dijebloskan dalam penjara. Tentu saja, , tidak semua hukuman mati itu disebabkan ole alasan-alasan keagamaan, tetapi dapat juag karena masalah-masalah sipil. Kendati demikian semua hal itu tergantung Geneva;apakah dewan dapat membedakan dengan baik antara masalah-masalah sipil dan masalah keagamaan. Kasus hukuman mati-bakar, Miguel Servet yang menerbitkan Christinisme Restituito, Vienne 1553, disebut secara anonim dan hanya dengan inisial M.S.V( maksudnya Miguel Servet de Villanueva in Aragon). Calvin menerima dalam gereja dengan menyangkal dogma tentang Trinitas. Dalam buku-nya M.S.V. menerangkan  secara panjang lebar perputaran(sirkulasi) dara diparu-paru. Tetapi ia juga menuduh Gereja Roma dan para Reformator abad XVI telah memasulkan doktrin Kristen awal. Ia kemudian merekonstruksi ajarannya dengan bertolak dari pemahamannya tentang(pemikiran) Plato dan Plotinus.
            Lebih lanjut, Miguel Servet mempertahankan(praktik) lituri dan pandangan tentang api penyucin, disampig mendukung praktik baptis dewasa, menyangkal dosaasl dan doktrin  tentang Trinitas. Ia melarikan diri dari tahanan Inkuisisi di Lyon untuk kemudian tinggal di Geneva, kendti tidak dengan senang hati. Begitu ia dikenal kembali, ia ditangkap, diproses secara hukum dan dihukum mati bakar, lantaran ia ngotot berpegang teguh pada gagasan-gagasan dan keyakinannya.
            Kasus M.servet ini menimbulkan polemik, jug dikalangan kaum protestan-Calvinis. Mereka ini tidak  menyukai gagasan dan cara yang ditempuh oleh Calvin. Sebastian castellio campur tangan dalam masalah in dengan karyanya.
3.      Ciri-ciri hakiki teologi calvinis
Sebagian terbesar ajaran Calvin dapat ditemukan dalam christianae religionis institutio(calvin 1987). Buku ini diterbitkan dalam dua bahasa: ltin dan perancis. Calvin sendiri menulis sejumlah karya tentang tafsir kitb suci dan bersifat polemik, terutama melawan anabaptis, anti-trinitas dan Para Lutheran yang kolot serta kaku, seperti misalnya westphal, hebhus. Berikut ini hanya akan ditampilkan sejumlah pokok:
Sumber satu-satunya dan terlengkap dari iman kepercayaan Kristen adalah kitab suci. Bagi Calvin, tidak ada sumber perlengkapan iman, seperti misalnya tradisi.hal ini tidak perlu berarti bahwa Calvin mengesampingkan kesaksian tradisi yang meneguhkan eksegese. Contohnya; sejumlah konsili suci, para bapak gereja dari timur dan barat, kenyataan strukturaldari gereja kristen kno. Jaminan dan nilai kitab suci didasarkan pada hubungannya dengan Roh Kudus, disamping tindakan Roh Kudus itu sendiri atas masig-masing orang beriman tanpa peranana pengantara Gereja. Dalam kenyataannya, Roh Kudus bertindak atas para pengarang suci, yang jelas-jelas ditopang oleh Roh Kudus. Perkataan mereka adalah”the oracle of God”. Hal ini memberikan kesan bahwa Calvin mengakui adanya ilham atau inspirasi verbal.
Roh yang sama juga mengaktualkan kesaksian alkitab perihal kristus, sehingga para pembacanya memahami. Artinya, membuat mereka semakin beriman. Kepengantaraan gereja yang menjamin bahwa alkitab, adalah karya dan tulisan suci, menyeluruh tidak  diterima oleh calvin. Karena tidak ada sesuatu pun yang menjamin  kepengentaraan gereja dn kesaksian gereja itu semata-mata insani. Kitab suci sendiri memiliki kemampuan untuk menunjukkan dirinya sendiri yakni, para jemaat beriman mengenal melalui tindakan roh yang berkarya. Kitab suci menjdi istilah perbandingan untuk membuktikan otentisitas kristen dari dektrit-dektrit konsili gereja kuno, bapak-bapak gereja, sekurang-kurangnya sampai dengan Santo Augustinus. Akibatnya, Calvin mengkritik anabaptis yang dicampuradukkan dengan spiritualistis, yang menegaskan kembali bahwa diri mereka adalah revelasi-revelasi baru Roh Kudus.
Selain itu, Calvin juga mengkritik gereja kepauan yang menempatkan hubungan roh kudus dengan magisterium(kuasa mengajar). Calvin pun memiliki eksegese yang kurang bebas ketimbang Luther, kendati tidak sepenuhnya harfiah. Ajdi ada unsur eksegese subjektif, mengingat Calvin sendiri mengedepankan eksegesenya sendiri.
Visi teologis yang muncul dari pandangan tersebut dipusatkan pada gagasan: kedaulatan yng mutlak dan bebas serta kemuliaan Allah Allah Pencipta dan Penyelenggara. Tujuan penciptaan adalah pengenalan dan penyembahan dari pihak manusia kepada Allah. Tujuan penebusan adalah membangun kembali gambaran Allah dalam manusia yang dirusak oleh dosa dengan model Kristus, gambar sempurna Bapa. Hanya melalui pemulihan kembali seperti itu manusia dapat mengenal dn menyembah Allah secara sempurna serta mengabdi pada kemulian-Nya. Tujuan dari semua ciptaan dan penebusan adalah pemuliaan diri Allah, oleh karena itu dapat direncanakan dan diprogramkan secara tepat ab aeterno(sejak kekal) oleh Allah demi tercapainya tujuan tersebut. Tidak seorangpun luput daripadanya. Semua sudah diatur sedemikian rupa sehinngga akan terwujud sepenuhnya di bawah pimpinan kehendak Allah yang berdaulat. Pendeknya , semua mengabdi pada perwujudn tujuan tersebut(termasuk di dalamnya kehendak buruk pihak manusia dan iblis). Semua sudah dimaklumkan oleh Allah.
Program kedaulatan dan kemuliaan Allah terwujud dalam gereja melalui tindakan putra Allah. Sebab selain Ia adalah sabda pencipta alam semesta dan manusia; Dia juga melakukan rencana Allah dengan memimpin dunia serta semesta ciptaan.
Kesimpulannya: siapa yang mengenal Kristus berarti mengenal rencana dan  kehendak Allah sera tahu bagaimana harus mewujudkannya. Kedaulatan mutlak dan bebas dari pihak Allah ini tidak dikondisikan oleh apa dan siapapun juga. Allah mewujudkan rencana keselamatan-Nya bukan hanya dengan menciptakan gereja, tetapi di dalam gereja sendiri sambil menyelematkan orang-perorang dengan memilih secara bebas, dan dengan pencurahan rahmat.
Allah memilih(sebelum penciptaan dunia) bangsa-Nya, yakni masing-masing orang beriman yang ingin selamatdari kumpulam masa pendosa. Allah menghadirkan panggilan umum yang tidak termasuk keselamatan. Pilihan ini atau praedestintio tidak dibuat qualitate virtutum dari masing-masing pribadi, juga bukan ex fide praevisa, melainkan pemaklukan surgawi yang dilakukan secara bebas dan berasal dari Allah semata-mata. Allah sajalah yang dengan dektrit abadi memutuskan siapakah yang memperoleh  keselamatan dan siapakah yang ditentukan untuk tidak selamat. Ketentuan ini hanya diketahui oleh Allah. Namun demikian, masing-masig pribadi dapat yakin akan keselamatan ilahi bagi dirinya, jika ia didapatkan bersatu dengan Kristus.
Kedaulatan bebas Allah juga berkaitn dengan paham tentang eklesiologi. Bagi Calvin, gereja adalah universus electorum numerus(segenap orang terpilih) para malaikat, orang hidup dan mati, dimanapun ditemukan . gereja itu meliputi sejumlah “orang” yang terpilih, tidak pandang bulu asal-usulnya. Mereka inidipilih di dlam Kristus;dan oleh karena itu dimasukkan didalam Kristus supaya terbentuklah semuanya menjadi satu tubuh dengan-Nya. Kristuslah satu-satunya kepala gerja. Gereja itu tidak dapat dilihat(invisble). Jadi, gereja ini pasti tidak sebagaimana dipresentasikan oleh institusi gereja  katolik Roma. Gereja yang terdiri atas orang-orang pilihan itu menjadi terlihat lantaran notae. Maksudnya: pewartaan kabar genbira ;pelaksanaan sakramen-sakramen seturut penetapan Kristus. Ketaatan pada firman Allah, yakni tata tertib, sesuatu yang khas dalam gereja Calvinis. Notae gereja itu terungkap melalui para pelayan(diakon, pastor, doktor, penatua) terutama tiga terakhir. Ketiganya tidak lebih daripada organon Allah. Artinya, lembaga ilahi, sarana tindakan penyelamatan dari pihak Allah. Oleh karena  itu, mereka adalah pelayan manusia, terutama karena dilakukan oleh manusia dan di antara manusia. Jadi, gereja adalah tempat, dimana Allah bertindak secara berdaulat.

c.       Zwingli

4.      Reformasi Gereja Anglikan
Anglikanisme muncul di Inggris pada abad XVI melalui kebijakan politik keagamaan skismatik raja Henry VII berikut konstitusi satu gereja nasional. Sejarawan Powicke dan Haigh menegaskan, reformasi di Inggris merupakan tindakan kebijakan negara. Satu hal pasti yang dapat dikatakan tentang reformasi di Inggris adalah reformasi itu merupakan tindakan negara. Lagipula gerak Inggris yang menjauhi Roma dipimpin oleh pemerintah demi alasan-alasan  yang hanya sedikit berurusan agam atau iman. Akan tetapi tidak sedikit orang yang membantah penegasan tersebut. Tentu Anglikanisme berkembang seiring dengan alam protestanisme. Namun tidak sungguh- sungguh sejalan dengan protestanisme. Dipandang dari matrahistoris, Anglikanisme merupakan suatu fenomen yang kompeks. Oleh karena itu, ada kesulitan untuk menarik garis lurus daripadanya. Kendati demikian, bukannya tidak mungkin Anglikanismemelahirkan doktrin spiritualitas yang orisional, yangberakar pada apa yang  disebut pietas anglicana.
1.      historis Anglikanisme
kebijakan dan alasan Henry VIII(1491-1547) untuk memisahkan diri dari gereja Katolik Roma bukanlah menyangkut soal teologis melainkan lebih-lebih bersifat personal dan politis. Ada indikasi-indikasi jelas yang memperlihatkan bahwa Henry VIII seorang atlit seksual. Selain mengawini Cathrine Aragon(yang melahirkan mary katolik turdo ) juga Jane seymour(ibu kandung edward VI), Anne Cleves, Cathrine Howord, Cathrine Parr.
Dari perkawinan sejumlah perempuan ini lahirlah para pewaris tahkta kerajaan Inggris: Edward VI, Mary Katolik Tudor dan Elizabeth.
Henry VII yang berikhtiar membangun stabilitas Eropa Barat dan keunggulan wangsa Tudor.
1.3 Ratu Maria “ katolik” Tudor
Edward VI memimpin kerajaan Inggris dalam kurun waktu relatif singkat. Kematiannya mengantar Maria “ katolik” Tudor(1553-1558, putri HenryVIII dan Cathrine Aragon, ketakhta kerajaan. Marialah yang dengan gigih merestorasi gereja katolik Roma di kerajaan Inggris. Upaya ini pada mulanya berhasil. Tetapi keberhasilan itu mandek bersama kematian Ratu Maria. Konon, hal itu lantaran kesalahan para politikus yang tidak tahu memanfaatkan rasa simpatik dari para pendukung mereka.
Adapula kemungkinan bahwa kegagalan restorasi Ratu Maria lantaran aliansi mndul dan steril antara Inggris dengan Spanyol. Perkawinan dengan Philips II dan sikap relatif keras terhadap segala bentuk oppsisi religius maupun politis. Selama lima tahun berkuasa tidak kurang dari 300 orang di hukum mati atas alasan yang berbau keagamaan. Ratu Maria dengan demikian mengembalikan Kekatolikan di Inggris dengan tangan besi. Hukuman yang dijatuhkan pada lawan-lawan poltik keagamaannya menerjang tanpa ampun sejumlah elita politik, seperti Hooper, Latimer, Ridleydan Cranmer yang memperlihatkan gelagat dan terang-terangan mengusahakan separasi Inggris dari gereja Katolik Roma(Elton II 1990:284-285).
Reaksi atas politik tangan besi Ratu Maria demi memulihkan Kekatolikan dari kerajaan Inggris terlihat dalam karya propagandis berjudul Acts and Monuments, 1563, karya John Foxe. Buku ini sempat menyebarluaskan sikap dan stigma terhadap agama Katolik Roma sebagai “ lemabag kekerasan dan haus darah”. Kehidupan (orang-orang non-katolik) dibawah bayang-bayang kekuasaan penguasa beragama Katolik Roma selalu berharga murah. Kehidupan dengan mudah dilenyapkan demi hukum “ yng berlaku”. Akan tetapi, tidak kurang yang beranggapan bahwa penganiayaan terhadap golongan anti Katolik Roma di Inggris merupakan sebuah kesalahan politik yang paling serius. Dibalik kegigihan Ratu Maria tersebut berdirilah “penasihat rohani, yakni Kardinal Polesebelum berakhir masa kepemimpinan Ratu Maria, Pole diekskomunikasikan lantaran alasan-alasan politik murni oleh paus sinting di Roma, sehingga Ratu  Maria tinggal dalam kesendirian.sebenarnya, di Inggris hanya protestantisme yang menghadirkan semangat keagamaan. 
Kekatolikan pada masa Ratu Maria ditegakkan di Inggris dengan gaya fanatisme dan semangat keduniaan.  Padahal yang dibutuhkan Inggris saat itu adalah penemuan kembali spirit kepemimpinan dan pemerintahan yang bersih, disamping infusi yang sehat dari iman-kepercayaan. Pada 1550-an agama Katolik Roma tidak dapat menawarkan tuntutan dan kebutuhan mendasar tersebut. Dan mungkin “komunitas Geneva” ala Calvinisme memberikan insipirasi bagi pemenuhan tuntutan dan kebutuhan tersebut.
Ratu Maria dan Kardinal Pole wafat pada hari yang sama, November 1558. Mereka menyaksikan kegagalan politik mereka. De facto, masa kepemimpinan Ratu Maria telah menggagalkan(kesempatan) Roma untuk berpengaruh dalam Gereja Inggris. Perang, jauhnya Calais, bangkitnya kekuasaan Spanyol, anti-klerikalisme dan ketidaksukaan akan kepausan  turut mematangkan keberpihakan Inggris pada spirit protestantisme, sekaligus ketidakpopuleran agama katolik Roma.

1.4 Ratu Elizabeth I
Ratu Maria digantikan oleh Elizabeth, yang sepanjang pemerintahannya mengancam pendukung Katolik Roma dan dominasi Spanyol. Ratu Elizabeth(1558-1603) adalah putri buah perkawinan Henry VIII dan Anne Boleyn, yang pertama-tama menetapkan secara defenitif skisma dalam Gereja Inggris. Dibawah pemerintahannya, inilah 45 tahun lve affair antara Ratu dan Inggris. Inggris menjadi “protestan” , menjadi pemimpin bangsa Eropa, mengalahkan dunia kekaisaran dan mengalami suatu renaissans kultural. Elizabeth yang naik takhta pada usia 25 tahun, fasih berbicara Prancis, Latin dan Italia. Dimata orang protestan Elizabeth adalah ratu perawan yang heroik seperi judik: bagi orang katolik ia adalah jezebel yang birahinya tidak pernah terpuaskan dan pengungsian bagi lelaki bejat.
Pada 1559, dipromulgasikan hukum yang mengakui ratu adalah pemimpin tertinggi gereja Inggris dan menetapkan bahwa setiap fungionaris negara dan gereja wajib melakukan sumpah setia pada yang berdaulat, yakni Ratu. Dalam ahun itu Mattias Parker ditahbiskan menurut ritus terbaru primat Inggris. Tahbisan itu tidak sah demi cacat esensial dalam materi dan forma. Sebab didalam ritus itu ditiadakan setiap bentuk rumusan yang langsung atau tidak langsung mengungkit Ekaristi sebagai kurban. Akibatnya, sejak saat itu tidak ada juga konsekrasi, yangdikatakan merupakan asal-usul hierarki Anglikan yang baru, juga tidakada tahbisan. Sebab gereja Anglikan telah memutuskan hubungan dengan pengganti para rasul di Roma.
Paus Leo XIII pada 1896 membuka kasus ini dengan bulla Apostoliscaecurae. Studi akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa para konsultan Roma tidak setuju tentang nulitas(pembatlan) tabisan Anglikan, dan bahwa Kardinal Rampolla absen(dengan disengaja) pada saat rapat penentuan dari komisi karsinal. Diskusi berlanjut demikian hingga hari ini, seperti halnya sir G.Clark, mempertahankan keputusan 1896 demi alasan-alasan yang sudah ditunjukkan, dan Neill, menyatakan sah tahbisan Anglikan, dengan menegaskan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menyatakan tidak sah, dalam ritus yang dirayakan oleh Barlow. Jadi, mungkin tesis Clark dapat dianggap lebih layak diluluskan.
Pada 1570, Paus Pius V mengekkomunikasi Ratu Elizabeth. Ekskomunikasi ini(di luar perhitungan paus ) membahayakan posisi, bahkan kehidupan orang-orang Katolik di Inggris dan di Irlandia. Mereka ini dianggap sebagai pengkhinat(politik ) negara. Beberapa tahun kemudian tersingkaplah rahasia mengenaskan ini: sri Paus Gregorius XIII melalui sekretarisnya tidak menghalngi upaya menyingkirkan Ratu Elizabeth. Upaya penyingkiran ini seandainya berhasil akan dinilai sah dan sangat berati bagi Gereja Katolik Roma. Syukurlh, gagasan itu gagal dalam pelaksanaannya.



II.  Pietas Anglicana
Berikut ini akan dideskrepsikan sejumlah unsur dan aspek spirital yang biasa disebut dengan istilah pietas anglicana.
2.1 Teologi alkitabiah
Berbeda tetapi cukup dasariah berkenaan dengan hermeneutika. Maksudnya, teologi alkitabiah Anglikan merangkul dua kecenderungan yang dominan dalam dua Gereja Kristus , yakni katoik Roma dan protestan. Orang-orang Anglikan mengerti bahwa tendensi hermeneutik Katolik mempengaruhi bidang katekese dan dalam kehidupan spiritual tendensi itu mendorong orang-orang beriman untuk menerima dengan iman kata-kata alkitabiah. Sementara itu mereka mengerti bahwa tendensi hermeneutik protestan mempunyai orientasi pada penelitian ilmiah berkenaan dengan isi alkitab. Jadi, teologi alkitabiah Anglikan tidak menerima begitu saja kebenaran-kebenaran iman alkitabiah(dalam arti segera puas diri dengan rumusan-rumusan iman), tetapihal yang sama juga harus memuaskan akal budi.

2.2 Teologi Patristik
Pietas Anglicana banyk menimba ilham daripada patres Timur(para bapak Cappadokia, boetius, Origenes ); dan oleh karena itu, kurang spekulatif(dibandingkan dengan teologi barat);lebih cenderung pada alam mistik dalam artian Injil Yohanes, yakni ada kerinduan kuat untuk melihat dan meraba misteri-misteri penyataan diri Allah, tanpa memperlihatkan diri anti-intelektualistis.
2.4  Orientasi
Pietas anglicana menggelar cakrawala pemahaman hingga pada pengangsuan kawruh pada khazanah keilmuan Platonis, Neohegelian dan eksistensialisme filosofis. Orientasi ini sedikita banyak menjadi dasar spritualitas sekolah abad XVIII dan Oxford XIX(vilanova, 1994: 299-307).
            Ketiga catatan utama teologis tersebut dapat menjelaskan mengapa pietas anglicana kembali sampai dengan hari ini pada dua sumber utama. Pertama, kitab suci Anglikan(The Holy Bible. Authorized ersion, 1611). Kitab suci Anglikan merupakan terjemahan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penerjemahan itu dikerjakan oleh sekelompok humanis yang diketuai oleh Lancelot Andrewes. Terjemahan ini dipandang sebagai karya utama Bahasa Inggris pada abad XVI, dan selayaknya mendampingi alkitab yang diterjemahkan oleh Marthin Luther. Kedua, Book of Common Prayer, yang biasa disebut prayer Book, yang diedit pada 1549 oleh Uskup Agung Thomas Cranmer(1489-1556). Buku ini dipandang sebagai buku liturgis Gereja Anglikan dan dengan demikian sangat penting  bagi kehidupan spiritualis Inggris. Terdiri atas 14 bagian dan doa-doa, bacaan-bacaan dari kitab suci untuk pesta-pesta sepanjang tahun liturgi dan untuk pelayanan sakramen-sakaramen. Da pagi dan sore dimuat disana sebagai jam-jam kanonik. Doa tersebut terdiri atas dua bgian yang disembahyangkan oleh pelayan umat dan umat beriman umumnya.
Prayer Book bersama Kitab Suci memajukan sebuah model spiritualitas yang daam banyak aspek bersinggungan dengan model spiritualitas reformasi Protestan. Pada mulanya model spiritualitas itu mengandung  ungkapan yang sangat radikal seperti Calvinisme, tetapi hal itu hanya menegaskan bahwa sebagian dari jiwa Anglikanisme berciri puritanisme. Kandungan ini tidak berlangsung lama, sebab Anglikanisme segera mendekatkn diri pada neokatolisisme Lutheran.
Istilah “Anglikan” sesungguhnya merupakan produk insan abad XIX, ketika dirasakan perlunya mendistingsikan secara lebih tegas antar gereja Inggris dengan protestanisme Kontinental. Dengan istilah Anglikan juga mau dinyatakan pula pietas anglicana, yang dihayati dalam High Church(tendensi katolik) dan dalam Low Church(tendensi protestan) serta dalam Broad Church(tendensi yang diilhami oleh humanisme- Kristen serta toleransi).


[1]. Berkhof, H, Sejarah Gereja. 2009. p. 120
[2]. End, Th. van den , Harta Dalam Bejana, 2009. p 153
[3]. St Anna dikenal sebagai St pelindung bagi mereka yang bepergian
[4]. Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen I. 1997. p 309
[5] . Ibid. p 311

Tidak ada komentar:

Posting Komentar